jakarta-
Produksi gas rata-rata pada 2012 mencapai 8.633 mmscfd dan sebagian besar
diekspor keluar negeri. Kenapa? Karena lebih menguntungkan dari pada menjual ke
domestik. Pasalnya, selisih harga antara harga luar negeri dengan domestik
mencapai Rp 100 triliun per tahun.
Hal tersebut
seperti diungkapkan Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas, Gde
Pradnyana mengatakan harga gas untuk domestik lebih murah dibandingkan harga
jual gas yang diekspor, selisihnya sekitar US$ 6 per British Thermal Unit
(mmbtu).
"Saat ini
harga rata-rata gas ekspor sebesar US$ 12 per mmbtu atau sekitar US$ 72 per boe
(Barel Oil Equivalent) atau kira-kira setara dengan 6 juta British Thermal Unit
atauu mmbtu), sementara harga gas kita ke pasar domestik saat ini rata-rata
hanya separuhnya, atau sekitar US$ 6-7 per mmbtu atau setara US$ 36 per
boe," ungkap Gde kepada detikFinance, Rabu (25/4/2012).
Menurut Gde, kalau
dibandingkan dengan harga gas ke pasar domestik yang rata-rata hanya US$ 6 per
mmbtu. Maka tampak bahwa industri hulu migas memberikan "subsidi"
(dari selisih harga ekspor terhadap domestik sebesar US$ 36 per boe) ke pembeli
domestik.
"Gas yang
dibeli domestik minimal sebesar 56% x produksi gas 1,5juta boe per day x selisih
harga ekspor dan domestik US$ 36 per boe = US$ 30,24 juta per hari atau US$ 11
miliar/tahun," rinci Gde.
Gde bilang, jika
dengan kurs dolar Rp 9000 maka selisih harga ekspor terhadap domestik ini
mencapai hampir Rp.100 trilun/tahun.
"Dengan kurs
US$ Rp 9.000 dikali US$ 11 miliar per tahun sama dengan Rp 100 triliun per
tahun," ucap Gde. Artinya jika menjual gas ke domestik sekitar 56% dari
produksi gas 1,5 juta boe per daya selama setahun Rp 100 triliun melayang.
Sebelumnya, Anggota
Komiter Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), Qoyum
Tjandranegara, mengatakan selama ini banyak pihak mempermasalakan produksi
minyak mentah Indonesia turun 20-30 ribu barel per hari.
"Tapi hampir
tidak ada orang mempermasalahkan gas bumi yang diekspor hampir mencapai 800.000
berel oil equivalen (boe) per hari dengan harga hanya 55% dari hari Bahan Bakar
Minyak (BBM)," ungkap Qoyum, di Jakarta, Senin (23/4/2012).
Diungkapkan Qoyum,
ekspor gas bumi mencapai 800.000 boe/hari tersebut dalam setahun negara merugi
sekitar Rp 183 triliun. Sedikit? Tentu tidak.
pendapat saya : harusnya pemerintah sudah dapt membenahi aturan tersebut dari awal sehingga kita tidak kecolongan melulu padahal uang yang begitu bnyak tersebut bisa di gunakan untuk kesejahteraan bangsa
Walah! Jual Gas di Dalam Negeri Rp 100 Triliun 'Melayang' Tiap Tahun