Dalam menghadapi tuntutan di era globalisai dan tuntutan
perubahan zamanharus di imbangi dengan Keterampilan
berbahasa yang mencakup keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan menulis, dan keterampilan membaca. Keterampilan menyimak dan
keterampilan membaca merupakan dua kemampuan berbahasa yang bersifat aktif
reseptif.
Kegiatan berbahasa yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan
menyimak atau mendengar apa yang dituturkan orang lain melalui sarana lisan.
Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan
pemahaman terhadap pembicaraan yang dilakukan. Hal itu akan lebih nyata
terlihat pada masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Pada
umumnya, dalam masyarakat, proses bahasa secara lisan jauh lebih banyak
daripada bahasa tulisan. Oleh karena itu, keterampilan menyimak dan membaca
perlu mendapat perhatian yang memadai.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang ingin di bahas dalam penulisan ini adalah mengenai penjelasan dan pemaparan
yang lebih mendalam mengenai keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan
menyimak , menulis, membaca, berbahasa
1.3Batasan Masalah
Melalui
penulisan ini saya hanya akan membahas 4 topik utamasaja tentang keterampilan berbahasa yaitu :
1.Keterampilan
Menyimak
2.Keterampialn
Menulis
3.Keterampilan
Membaca
4.Keterampilan
Berbicara
BAB II
ISI
2.1.1Keterampilan
Menyimak
Menyimak adalah
keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseftif. Dengan demikian di
sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus
memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan
mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari sehingga kitapun tidak
menyadari begitu kompleksnya proses pemmerolehan keterampilan mendengar
tersebut. Berikut ini secara singkat disajikan disekripsi mengenai aspek-aspek
yang terkait dalam upaya belajar memahami apa yang kita sajikan dalam bahasa
kedua.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi
mendengarkan secara interaktif dan situasi mendengarkan secara non interaktif.
Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan
percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam mendengarkan jenis
ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas mendengarkan dan memperoleh
penjelsan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin
memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi
mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah
atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan
nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara,
tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita
berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
Menyimpan/mengingat
unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short
term memory).
Berupaya
membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target.
Menyadari
adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi, menyadari
adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
Membedakan
dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.
Mengenal
bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns)
2.1.2 Unsur – Unsur Menyimak
Kegiatan
menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada
berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur
pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain.
Unsur-unsur dasar menyimak ialah (1) pembicara, (2) penyimak, (3) bahan
simakan, dan (4) bahasa lisan yang digunakan. Berikut ini adalah penjelasan
masing-masing unsur itu.
1.Pembicara
Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang
menyampaikan pesan yang. berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam
komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara
ialah orang yang menerima pesan (penyimak).
2.Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan
menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat
melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu
mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ia
ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya. Kamidjan (2001:6) rnenyatakan
bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap
objektif dan sikap kooperatif.
a.Sikap
Objektif Yang
dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan
simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula
sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar
kegiatan manyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan
prasarana.
b.
Sikap Kooperatif
Sikap
kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk
keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan
dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang
terjadi, maka penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang
baik ialah sikap berkoperatif dengan pembicara.
3.
Bahan simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam
komunikasi lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan
simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan
itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat
menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak
yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi.
Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang
Bahan simakan dengan cara berikut.
a. Menyimak Topik Utama Pembicaraan
Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan,
dibahas, dianalisis saat pembicaraan berlangsung. Dengan mengetahui topik
utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan dibicarakan dalam komunikasi
tersebut. Sebuah topik utama memiliki ciri-ciri: menarik perhatian pembaca
bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.
b.
Menyimak Topik Bawahan
Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah
selanjutnya ialah mencari topik-topik bawahan. Umumnya pembicara akan membagi
topik utama itu menjadi beberapa topik bawahan. Hal itu dilakukan agar pesan
yang disampaikan dapat dengan mudah dicerna oleh penyimak. Penyimak dapat
mengasosiasikan topik utama itu dengan sebuah pohon besar, topik bawahan ialah
dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan demikian penyimak yang telah
mengetahui topik utama, dengan mudah akan mengetahui topik-topik bawahannya.
c.
Menyimak Akhir Pembicaraan
Akhir
pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika
pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati
rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara
menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan
yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang
simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak.
Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan
himbuan itu secara cermat dan teliti.
2.2.1. Hakikat Menulis
Menulis
berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan.
Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf,
dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan
kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan.
Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang
dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang
digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan melalui bahasa
itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.
Menurut
Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang
bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan
pung-tuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga
dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung
dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi
antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang
terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2)
pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai
penerima pesan.
Menulis pada
hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis
mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki
ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi
kaidah gramatika.
Kemampuan menulis adalah kemampuan
seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan
rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan
menjadi baik apabila dia juga memiliki: kemampuan untuk menemukan masalah yang
akan ditulis, kepekaan terhadap kondisi pembaca, kemampuan menyusun perencanaan
penelitian, kemampuan menggunakan bahasa indonesia,kemampuan
memuali menulis, dan kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan tersebut
akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan
kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri
atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin
diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan
seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13).
Sementara itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa
menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung
makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan
kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud pe-nulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa
menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang
dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat tercapai
seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau gagasannya
kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang
dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atai pikiran
penulis. Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati
dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa mengandung
dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada
pengetahuan konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan
performansi merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang
telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang
dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses
pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan
mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/
susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan, dan sasaran
tulisan.
2.2.2
Menulis sebagai Suatu Proses
Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat
dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa
tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989) menguraikan lima tahapan
menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan
publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan menentukan apa
yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa
menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan
bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk
memudahkan dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan
gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap
perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan
guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang
dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek
mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai
dengan kaidah penulisan.
Hal ini dilakukan untuk memperbaiki
karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan
tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas
agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.
Siswa menjadi
partisipan aktif dalam seluruh tahapan menulis proses: pra-menulis,
pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga siswa memahami betul apa yang
ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa tergambar
sejum-lah informasi yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa
dituang-kan dalam sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika
menulis, siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan kalimat
seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya pada
tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk mendukung tulisannya dan
berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang
jelas.
2.2.3
Tujuan Menulis
Kegiatan
menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu
untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi
pembaca, dan untuk meng-hasilkan karya tulis.
2.2.4 Jenis tulisan menurut tujuan menulis
sebagai berikut :
1) Narasi yakni
karangan/tulisan ekspositoris
maupun imajinatif yang
secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa
perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2) Deskripsi yakni
karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasi tentang situasi dan kondisi suatu
lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan secara objektif,
apa adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi
yakni karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan,
menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif
yakni karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan infor-masi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan mempengaruhi,
memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif:karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan mempengaruhi,
meyakinkan, dan mengajak
2.3.1Pengertian keterampilan membaca
Keterampilan membaca adalah aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai
faktor yang datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu,
keterampilan membaca juga dapat dikatakan sebagai jenis kemampuan manusia
sebagai produk belajar dari lingkungan, dan bukan kemampuan yang bersifat
instingtif, atau naluri yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, proses
membaca yang dilakukan oleh seorang dewasa (dapat membaca) merupakan usaha
mengolah dan menghasilkan sesuatu melalui penggunaan modal tertentu.
Membaca adalah proses produksi yang
menghasilkan pengetahuan, pengalaman, dan sikap-sikap baru. Seperti hukum yang
berlaku dalam dunia usaha, semakin besar modal seseorang untuk berusaha,
semakin besar pula kemungkinan hasilnya. Oleh karena itu, seperti halnya sebuah
perusahaan yang menghasilkan sesuatu melalui proses mengolah. Membaca juga
merupakan proses mengolah, yakni mengolah bacaan. Nah, untuk mengolah hal itu
diperlukan modal tertentu. Secara garis besar, aktifitas membaca berkaitan
dengan dua hal pokok, yaitu pembaca dan bahan bacaan.
Tentang tujuan membaca itu banyak
urusan yang bisa dibuat, tergantung dari mana kita melihatnya. Secara garis
besar tujuan membaca itu sangat luas sifatnya karena setiap situasi membaca
mempunyai tjuan tersendiri yang bersifat spesifik. Namun, secara umum ada
penggolongan membaca tentang tujuan membaca yang telah dikemukakan oleh ahli
membaca Waples (1967). Dalam eksperimennya ia menemukan bahwa tujuan membaca
itu meliputi beberapa hal yang pada hakikatnya tujuan membaca adalah modal
utama membaca. Tujuan yang jelas akan memberikan motivasi yang intrinsik yang
besar bagi seseorang. Seseorang yang sadar sepenuhnya akan tujuan membaca akan
dapat mengarahkan sasaran daya pikir kritis dalam mengolah bahan bacaan
sehingga memperoleh kepuasan dalam membaca.
2.3.2Pengetahuan tentang teknis membaca
Jika diatas telah dijelaskan bahwa pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
berkomunikasi lisan merupakan modal utama membaca, tampaknya pengetahuan
tentang teknik lebih cenderung dianggap sebagai alat. Alat yang dapat digunakan
dalam mencerna bahan tulis. Realisasinya berupa seperangkat keterampilan untuk
mengolah setiap aspek bahan bacaa menjadi sesuatu yang bermakna bagi pembaca.
Keterampilan ini berkaitan dengan keseluruhan aktifitas membaca sehingga
dapat mencakup makna proses membaca sebagai aktifitas mengolah kata yang
terkandung dalam bahan bacaan, kreatifitas, membaca, sampai pada aktifitas
membaca cepat.[12]
Secara garis besar, pengetahuan tentang teknik membaca itu meliputi:
a. Pengetahuan tentang
aspek-aspek keterampilan membaca :
- Keterampilan
mengenali kata
- Keterampilan
mengenali tanda baca
- Keterampilan
memahami makna tersurat
Yaitu seperti keterampilan memahami
makna kata, frase, kalimat, paragraf, subbab, bab, dll.
- Keterampilan
membaca kritis
- Kemampuan
membaca kreatif
b. Pengetahuan tentang teknik
membaca cepat
c. Pengetahuan tentang
membaca telaah ilmiah
2.3.3Masalah umum dalam membaca
Seperti pada umumnya, orang tidak sadar dengan masalah membacanya. Kebanyakan
orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan
maupun dalam tingkat pemahamannya. Padahal secara teoritis, kecepatan dan
pemahaman terhadap bacaan itu dapat ditingkatkan dua atau tiga kali lipat dari
kecepatan dan pemahaman semula. Itu bagi seseorang yang benar-benar mau
meningkatkannya. Ada beberapa masalah dan hambatan yang umum terjadi pada
setiap orang, masalah tersebut antara lain :
a. Rendahnya
tingkat kecepatan membaca
Masalah kecepatan membaca ini menjadi hambatan karena pada umumnya orang tidak
ambil pusing dengan kebiasaan membacanya. Termasuk cara membaca yang buruk.
Kemampuan membaca yang buruk (dalam arti rendahnya kecepatan membaca) jelas
sangat mengganggu orang-orang yang sehari-harinya memang bergelut dengan buku.
Misalnya pelajar dan mahasiswa. Sampai-sampai sering kita jumpai ada pelajar
dan mahasiswa yang kekurangan waktu untuk membaca literatur-literatur yang
diwajibkan padanya. Bukan karena waktu yang dimiliki kurang, melainkan karena
banyaknya waktu yang tersita untuk membaca hanya satu judul buku saja.
b.
Minimnya pemahaman yang diperoleh
Tingkat pemahaman terhadap bacaan
juga salah satu indikator keefektifan membaca seseorang. Minimnya tingkat
pemahaman ini menjadi masalah karena ada kecenderungan anggapan bahwa semakin
lambat cara membaca seseorang, semakin tinggi pula pemahamannya. Padahal, pada
kasus latihan membaca cepat, anggapan justru terbalik, yaitu peningkatan
kecepatan membaca akan diikuti dengan peningkatan pemahaman bacaan.
c. Kurangnya
minat baca
Masalah yang menjadi hambatan membaca adalah kurangnya minat membaca. Faktor
yang membelakangi hal ini adalah kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau
kurang sesuainya bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Ada
indikator bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari berapa
banyak waktu sehari-hari yang digunakan warganya untuk membaca. Semakin banyak
waktu yang digunakan untuk membaca, artinya menurut kebutuhan secara pribadi,
bukan dipaksa membaca seperti halnya membaca demi tugas sekolah ataupun kuliah,
maka dengan itu semakin tinggi pula tingkat budaya bangsa tersebut.
d. Minimnya
pengetahuan tentang cara membaca yang cepat dan efektif
Pengetahuan tentang cara membaca yang efektif tampaknya juga merupakan faktor
yang tak kalah pentingnya sebagai masalah dalam membaca. Secara teoritis,
seorang pembaca yang lambat pada hakikatnya bukanlah pembaca yang bodoh, tetapi
mungkin ia hanyalah seorang pembaca yang tidak efisien.
2.4.1 Keterampilan
Berbicara
keterampilan berbicara secara garis
besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan
noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara
tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantuan
anatara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta
klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat
tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang
semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam
situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap
pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah
dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat
noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara,
dimana permbicara harus dapat;
·Mengucapkan
bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.
·Menggunakan
tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat
memahami apa yang diucapkan pembicara.
·Menggunakan
bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
·Menggunakan
register aau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk
sesuai ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
·Berupaya
agar kalimat-kalimat untama jelas bagi pendengar.
2.4.2Tujuan berbicara
1. Mengemukakan
Pendapat
Keterampilan
berbicara yang juga memegang peranan penting adalah latihan mengemukakan
pendapat. Dalam mengemukakan pendapat, sebutkan bukti-bukti, alasan, gagasan,
dan sarantentang sesuatu yang akan dikomentari.
2. Menyatakan
Permohonan atau Permintaan
Misalnya :
·Maukah kamu mengantarkan surat ini kepada paman
?
·Bolehkah aku meminjam novelmu ?
·Sudikah Bapak menghadiri rapat besok malam ?
3. Menyatakan
Halangan, Rintangan, dan Hambatan
Misalnya :
·Saya tidak bisa datang kerumahmu karena kemarin
hujan lebat.
·Sepeda saya ditabrak mobil sehingga saya
terlambat ke sekolah
4. Menyatakan
Harapan, Pujian, Kepuasan atau Ketidakpuasan
Pujian :Indah
sekali lukisanmu !
Harapan :Mudah-mudahan
hari tidak hujan, sehingga saya bisa main
Kepuasan :Saya sangat senang berkenalan denganmu
Ketidakpuasan : Saya kurang puas
dengan hasil rapat tadi.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Semoga
penulisan ini dapat memberikan manfaat terutama bagaimana keterampilan berbahasa
di terapkan dalam kehidupan sehari – hari.Keterampilan berbahasa dapat
diperoleh melalui latihan dan praktik. Langkah awal untuk menguasai semua
keterampilan tersebut adalah dengan mengidentifikasi kelemahan diri sendiri.
Setelah dikenali, usahakanlah untuk selalu melatih keterampilan yang belum
dikuasai. Keterampilan menyimak dan berbicara dapat dilatih sekaligus dengan
memperbanyak berdiskusi dan secara sadar berusaha untuk terus memperbaiki
keterampilan bahasa lisan. Keterampilan membaca dan menulis dapat dilatih dengan
mencari dan membaca materi rujukan pengetahuan baru untuk kemudian dituangkan
dalam bentuk tulisan.
3.2 Saran
Dalam
hal ini saya berharap penulisan ini mendapat saran dan kriritik yang membangun
, sehingga jika ada yang harus di revisidan di perbaiki tulisan iini dapat memberikan manfaat yang jauh lebih besar
dan turut andil dalam perkembangan keterampilan berbahasa
Keterampilan Berbahasa
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
Yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan manyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana.
a. Menyimak Topik Utama Pembicaraan
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana permbicara harus dapat;
Kepuasan : Saya sangat senang berkenalan denganmu
Ketidakpuasan : Saya kurang puas dengan hasil rapat tadi.